praktekyang berjudul "Proses Pengujian Bahan Baku Penunjang Pada Produk Air Minum Dalam Kemasan Botol PT Indotirta Jaya Abadi". Kerja praktek merupakan salah satu cara untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah diperoleh selama kuliah secara nyata di lapangan dan juga sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknologi Pangan. Tentang Prodia Food Health Laboratory Setelah berhasil melakukan pengembangan bisnis pada sektor klinik Prodia OHC Jakarta dan Cikarang sektor laboratorium lingkungan Prodia Indtox Lab, Prodia OHI resmi membuka Laboratorium baru yang berlokasi di Bali dengan berfokus pada pengujian makanan & bahan pangan. Dan pada tanggal 27 Agustus 2018 Prodia Food Health Laboratory secara resmi telah di buka. Prodia Food Health Laboratory adalah laboratorium pangan yang mengedepankan aspek-aspek kesehatan bahan pangan dengan segmen pasarnya adalah semua industri yang bersinggungan dengan bahan pangan atau makanan seperti Hotel, Restaurant, Industri F&B, Jasa Catering, Kantin Perusahaan, Penelitian Mahasiswa maupun untuk kalangan masyarakat awam. Manfaat Uji Lab Kualitas Air Minum, Air Bersih & Makanan Deteksi Food Borne Illness Penyakit yang disebabkan oleh makanan Mengetahui kandungan bahan tambahan yang terdapat pada makanan & air apakah sudah memenuhi persyaratan Memastikan kualitas makanan & air terhadap cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Tentang Prodia Food Health Laboratory Setelah berhasil melakukan pengembangan bisnis pada sektor klinik Prodia OHC Jakarta dan Cikarang sektor laboratorium lingkungan Prodia Indtox Lab, Prodia OHI resmi membuka Laboratorium baru yang berlokasi di Bali dengan berfokus pada pemeriksaan makanan & bahan pangan. Dan pada tanggal 27 Agustus 2018 Prodia Food Health Laboratory secara resmi telah di buka. Prodia Food Health Laboratory adalah laboratorium pangan yang mengedepankan aspek-aspek kesehatan bahan pangan dengan segmen pasarnya adalah semua industri yang bersinggungan dengan bahan pangan atau makanan seperti Hotel, Restaurant, Industri F&B, Jasa Catering, Kantin Perusahaan, Penelitian Mahasiswa maupun untuk kalangan masyarakat awam. Manfaat Uji Lab Pemeriksaan Kualitas Air Minum, Air Bersih & Makanan Deteksi Food Borne Illness Penyakit yang disebabkan oleh makanan Mengetahui kandungan bahan tambahan yang terdapat pada makanan & air apakah sudah memenuhi persyaratan Memastikan kualitas makanan & air terhadap cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Jenis Metode Pemeriksaan Uji Lab Prodia Food – Health Lab memiliki layanan untuk melakukan pengujian terkait bahan pangan & makanan diantaranya uji mikrobiologi, uji kimia, dan uji nilai gizi makanan. Uji Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Secara Mikrobiologi TPC Total Plate Count Fungsi pemeriksaan TPC adalah untuk menunjukkan jumlah mikroba dalam suatu produk, dan bermanfaat untuk menunjukkan kualitas, kontaminasi, dan status higienitas produk pada saat proses produksi. Pemeriksaan ini dilakukan pada alat makan swab, alat masak swab, dan juga produk pangan, diantaranya Pasta, mi dan produk sejenis Daging, daging unggas dan olahannya Ikan dan produk perikanan,dll Yeast and Mold YM stau disebut juga Angka Kapang Khamir digunakan untuk mengecek kualitas pangan dan bahan pangan yang rawan ditumbuhi kapang dan khamir, diantaranya Tepung-tepungan, serealia dan olahannya, Roti dan produk bakeri; Rempah bumbu dan kondimen; Teh dan kopi bubuk, Kembang gula/ permen dan cokelat, dll Koliform Merupakan mikroba indikator, keberadaannya mengindikasikan adanya bakteri patogen lain. Pemeriksaan koliform menggunakan metode ISO 4832 2006 pour plate yaitu dengan cara teknik menghitung koloni setelah diinkubasi pada media padat pada suhu 30° C atau pada 37° C dengan bahan pangan yang sering dilakukan pemeriksaan antara lain Buah dan sayuran kering Acar dan sayuran asin Pemeriksaan kualitas air minum dalam kemasan Pasta, mi dan produk sejenis, dll. Strain patogen dapat mengakibatkan kasus diare berat karena endotoksin yang dihasilkannya. Pemeriksaan ini menggunakan metode ISO 72512005 Most Probable Number MPN, dengan bahan pangan yang sering dilakukan pemeriksaan antara lain Buah dan sayuran segar Produk bakeri Pasta, mi dan produk sejenis Daging, daging unggas dan olahannya, dll Uji Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Secara Kimia Pemeriksaan kualitas air minum dan makanan secara kimia yang dapat dilakukan di Prodia Food – Health Lab antara lain Heavy Metal Food Additive Forbidden Material Uji proksimat & nilai gizi makanan Layanan Lainnya Selain layanan pemeriksaan kualitas air dan makanan, kami juga memiliki layanan lainnya seperti Medical Check Up, Manajemen klinik perusahaan, dan masih banyak lagi. Ingin Berkonsultasi Lebih Lanjut? Jika anda tertarik dengan produk dan layanan kami bisa menghubungi kami. Bisa juga berkonsultasi Ingin Berkonsultasi Lebih Lanjut? Jika anda tertarik dengan produk dan layanan kami bisa menghubungi kami. Bisa juga berkonsultasi Salahsatu prosedur yang dilakukan adalah pengujian produk di laboratorium. Saat ini, proses pengujian dilakukan secara luas baik oleh laboratorium dari instansi pemerintah, sektor industri (supplier bahan baku dan produsen pangan) dan lembaga penelitian/ universitas. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ketika datang ke industri makanan dan minuman, penting untuk memiliki sistem yang efektif untuk menandai dan mengkode produk dengan benar. Coding dan marking adalah praktik penting yang memungkinkan produsen makanan dan minuman untuk melacak produk mereka, memastikan keamanan konsumen, dan memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi praktik terbaik untuk coding dan marking pada produk makanan dan minuman, serta pentingnya mengoptimalkan proses ini untuk mencapai hasil yang terbaik. Mari kita mulai!1. Mengapa Coding dan Marking Penting? Keamanan KonsumenCoding dan marking memainkan peran penting dalam menjaga keamanan konsumen. Dengan adanya sistem yang efektif, produsen dapat melacak produk dari tahap produksi hingga penjualan, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan cepat jika terjadi masalah seperti recall produk atau potensi kontaminasi. Dalam industri makanan dan minuman, di mana kualitas dan keamanan sangat penting, coding dan marking menjadi kunci untuk menjaga reputasi merek dan kepercayaan Kepatuhan Regulasi Produk makanan dan minuman harus mematuhi berbagai peraturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh otoritas regulasi. Dalam hal ini, coding dan marking diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelabelan produk, termasuk informasi nutrisi, tanggal kedaluwarsa, dan kode produksi. Dengan menerapkan praktik terbaik dalam coding dan marking, produsen dapat memastikan bahwa mereka mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghindari sanksi hukum yang dapat merugikan bisnis Praktik Terbaik untuk Coding dan Pilih Metode yang Sesuai Ada beberapa metode coding dan marking yang tersedia, termasuk cetak tinta, tinta laser, dan tinta tahan panas. Pilih metode yang sesuai dengan jenis produk makanan atau minuman yang Anda produksi. Misalnya, produk yang memiliki permukaan licin atau berkilau mungkin memerlukan tinta tahan panas untuk mencapai kualitas cetakan yang Gunakan Tinta Berkualitas TinggiTinta yang digunakan dalam coding dan marking harus berkualitas tinggi dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang mungkin terjadi selama transportasi atau penyimpanan. Pastikan untuk memilih tinta yang aman untuk digunakan dalam kontak dengan makanan dan minuman, serta tinta yang tahan air agar tidak luntur atau pudar seiring Tetapkan Kode yang Jelas dan Mudah DibacaKode yang ditandai pada produk harus jelas dan mudah dibaca oleh pihak yang berwenang, termasuk petugas kualitas, pedagang, dan konsumen. Pastikan untuk menggunakan huruf dan angka yang cukup besar dan jelas agar informasi dapat dibaca dengan mudah tanpa harus menggunakan peralatan khusus. Pilihlah gaya tulisan yang sesuai dengan ukuran dan bentuk kemasan produk Anda, sehingga kode dapat terlihat dengan Perhatikan Waktu dan Lokasi PencetakanPastikan waktu pencetakan kode pada produk makanan dan minuman Anda tepat dan konsisten. Tanggal kedaluwarsa dan informasi penting lainnya harus dicetak dengan akurat dan tidak terjadi kesalahan. Selain itu, pastikan lokasi pencetakan kode juga konsisten pada setiap produk. Hal ini memudahkan dalam pelacakan dan identifikasi produk jika terjadi masalah di masa Lakukan Verifikasi dan Pengujian Rutin Selalu lakukan verifikasi dan pengujian rutin terhadap sistem coding dan marking yang Anda gunakan. Pastikan bahwa kode yang dicetak sesuai dengan yang diharapkan, tinta tidak luntur atau pudar, dan peralatan pencetakan berfungsi dengan baik. Dengan melakukan pengujian berkala, Anda dapat menghindari kesalahan dan memastikan kualitas kode yang tercetak pada setiap Pertanyaan Umum1. Apakah coding dan marking hanya penting untuk produsen besar?Tidak, coding dan marking penting untuk semua produsen makanan dan minuman, baik besar maupun kecil. Hal ini membantu dalam melacak produk, menjaga keamanan konsumen, dan memenuhi persyaratan regulasi yang Apakah ada peraturan khusus yang mengatur coding dan marking pada produk makanan dan minuman?Ya, ada peraturan yang mengatur coding dan marking pada produk makanan dan minuman. Misalnya, beberapa negara mewajibkan mencantumkan informasi tanggal kedaluwarsa, kode produksi, dan label nutrisi pada kemasan Apakah ada risiko jika tidak melakukan coding dan marking dengan benar? 1 2 Lihat Entrepreneur Selengkapnya Samplingdan Pengujian Produk Pangan Sebagai upaya dalam memastikan keamanan suatu produk pangan, terdapat serangkaian pengujian untuk memastikan mutu produk sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dalam menjamin keamanan suatu produk pangan ini, peran laboratorium pangan menjadi sangat penting. Dalam industri makanan, yogurt, saus, mustard, pasta tomat, dan minyak adalah beberapa produk yang sering diuji. Gel, pewarna, emulsi, krim, dan minyak obat adalah contoh dari industri lain. Brosur Industri Makanan & Pengemasan PDF 2 MB DE EN Menyesuaikan fixture ekstrusi belakang Pengukuran viskositas pada mustard untuk sosis Pengukuran viskositas – perlengkapan ekstrusi belakang, misalnya, pada mustard Aksesoris untuk pengujian viskositas Uji viskositas pada yogurt dengan zwickiLine, industri makanan Kami mencari dan menemukan solusi pengujian yang optimal untuk setiap kebutuhan Anda. Hubungi pakar industri kami. Kami berharap dapat mendiskusikan kebutuhan Anda. Hubungi kami
Produkdegradasi terbentuk menjadi dua : 1. Hasil dekomposisi tidak menguap, yang tetap terdapat dalam minyak dan diserap oleh bahan pangan yang digoreng. 2. Hasil dekomposisi yang dapat menguap, yang keluar bersama-sama uap pada waktu lemak dipanaskan.
Regardless of the food product you’re developing, food manufacturers all share common goals – to produce structurally sound products of the highest quality, to offer foods that are competitive in taste, nutritional value, and price, and to ensure every product that reaches the consumer is 100% safe. It doesn’t matter how skilled and experienced your production team is – the only certain way to remain in compliance, protect your valuable consumers, and achieve success with your new product is through a rigorous food testing and analysis process. The importance of food testing for new products During the development of any new foods, testing must occur to gain a clearer understanding of the product’s performance and compliance to its label. This is crucial to a food manufacturer’s overall success. While the ingredients of each product are well-documented in any facility, nuances arise during manufacturing and must be accounted for to ensure the best, most accurate information about specific attributes that may affect product performance. Analysis of vital product traits A thorough food analysis involves numerous tests. These tests identify and measure pertinent product characteristics that not only indicate how well a developing product will perform but also determine if it is in compliance. The testing process should include Nutritional values to reduce labeling risk and provide tangible quality monitoring Product quality measurements to prove the product is acceptable to consumers in terms of nutrients, microbial levels, safety, appearance, texture, and more Process variability studies to indicate areas of variability in your manufacturing process and enhance cost-efficiency Shelf life and product performance determinations to ensure quality, longevity, and customer satisfaction Functionality of physical attributes analysis to examine particle size, texture, color, moisture isotherms, and more Food Testing Our knowledge and experience help your brand deliver the ideal consumer experience every time. Contact us to learn about our pragmatic solutions for food testing. Contact us What to expect from food analysis First and foremost, each test used to analyze a new product depends on the type of product itself. That means a unique combination of food testing should be applied to each individual product, and there is no such thing as a one-size-fits-all analysis process for your entire lineup. However, regardless of product, every food testing process shares commonalities that are vital to the safety and success of developing foods. For instance, food safety tests for contaminants, mycotoxins, pesticides, and microbiology, as well as analysis for protein, vitamins, carbohydrates, enzymes, fats, and other food characteristics, should always be included in your food testing protocol. In addition, nutritional label testing should be conducted to ensure compliance with the latest Food & Drug Administration FDA regulations, which are revised regularly and should be tested accordingly. The latest FDA clarification, for instance, applies to honey, maple syrup, and other single-ingredient manufacturers and determines how the sugar content in the product should be correctly displayed on the label. A company’s failure to adhere to something this simple can result in fines and serious consequences to its reputation, which is why nutritional label testing is standard across all developing food products. Immediate outcomes of food testing By ensuring new products pass these tests, manufacturers can produce pre-sale samples to ensure their consumers receive a safe and satisfying product that will bring their business success for years to come. They’ll also be able to understand any inefficiencies in their production process, as manufacturers with multiple plants often uncover different transfer points at each plant, and those values must be adjusted to confirm values for their suggested targets. A process that cannot be rushed Depending on which product is being tested and the specific tests to be administered, all food analysis tests require different lengths of time to generate results. On average, it can take up to nine business days for the test to be completed and for you to receive your results. You can prepare for and understand the timeframe by visiting Medallion Labs’ test library or by calling 1-800-245-5615 for more information. Though these turnaround timeframes ensure thorough testing and accurate results, many manufacturers are tempted to speed up the food analysis process any way they can. The phrase “time is money” comes to mind, as some worry that if an analysis isn’t finished quickly enough, it could affect their bottom line. But in reality, the more time you invest in the food testing process, the better off your bottom line will be in the long run. Moving too quickly puts you at risk for making costly assumptions about results with insufficient information. It could also mean running the wrong tests or not knowing which tests are best for your product. Both of these instances result in the same consequences – wasted time and resources, the need for extra work to correct the error, and unnecessary stress from an oversight putting you behind schedule leading up to your product’s launch. Best practices for food sample preparation After your food analysis testing is complete, it is time to move on to the next phase in product development, which involves preparing food samples for distribution. Food samples provide an excellent opportunity to learn even more about your product’s performance and gain valuable feedback and insights about where your manufacturing process or ingredient selection can be improved. As with any aspect of developing new food products, your food samples must be produced with the utmost care and attention to detail. One method for doing so involves making sure that your facility utilizes meticulous recordkeeping, allowing you to distinguish your samples and label them appropriately. Other best practices include Ensuring a full understanding of what you are testing to determine the best use of your product Working with your plants to understand their collection points and align all data Preserving a fair amount of the sample products in a safe place in case the need for further or repeat testing arises The food testing support you need Developing new food products is not a simple task, and you’re not alone if you feel like the food testing and analysis component of the process puts added strain on your already busy team. That’s why more and more manufacturers are partnering with Medallion Labs. You can consider our team a line of defense for your products and consumers, as we have developed a time-tested process backed by 150 years of experience to maintain the integrity of your brand. Medallion Labs also supports manufacturers who are developing new products long before food testing begins. We provide consulting during the early development stages of new food products to offer insights into your most valuable testing opportunities and when analysis should occur. Connect with us today for more information on how our services will help you successfully bring your new product to market. Let’s Get to Work! Submit your order online and ship your samples today. If you have questions, we are always here to help. Medallion Labs+ A food testing program designed with mid-market and enterprise food and ingredient manufacturers in mind.
Penyaringanatau pemilihan ide produk. Pengembangan dan pengujian konsep. Menyusun strategi pemasaran. Melakukan analisis bisnis (business analysis). Mengembangkan dan menyempurnakan produk. Uji pemasaran (skala kecil). Memasarkan produk dalam skala besar (komersialisasi). Baca juga: 7 Tips Branding Produk Makanan Agar Dikenal Banyak Orang

Thursday, 21 July 2022 Apa saja parameter kontrol kualitas untuk produk makanan dan minuman? Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 2891 Tahun 1992, terdapat beberapa poin parameter yang harus diuji yang beberapanya telah dibahas di artikel sebelumnya seperti kadar air, protein, lemak dan pH. Selain keempat parameter tersebut, terdapat parameter lainnya seperti mineral dan serat. Namun, bagaimana cara pengujiannya berdasarkan SNI Nomor 2891? Adakah cara strategis yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan serta mengoptimalkan analisa yang dilakukan? Artikel ini akan membahas cara pengujian serta cara strategis untuk mengoptimalkan pengujian parameter mineral dan serat. Dalam konteks label gizi, produsen harus mencantumkan kandungan gizi yang terkandung dalam makanan seperti protein, lemak, dan tidak terkecuali untuk parameter lainnya seperti serat kasar, mineral dan kadar garam. Dikutip dari bahwa salah satu tujuan adanya label pada kemasan adalah agar konsumen dapat mengetahui isi kandungan produk makanan tanpa membuka kemasan. Dalam hal ini, analis perlu memastikan nilai yang tercantum dalam label gizi telah sesuai, sehingga diperlukan pengujian yang cermat dan optimal agar terjadi kesesuaian antara hasil uji dan nilai gizi yang tercantum dalam label gizi. Kadar Abu / Mineral Dalam pengujian pangan, kadar abu didefinisikan sebagai total zat anorganik atau total mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Mineral adalah mikronutrien yang menjadi pelengkap gizi dalam makanan guna untuk membentuk enzim - enzim yang berguna untuk pencernaan sehingga mineral dibutuhkan oleh tubuh secara berkala. Mineral dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan bentuknya, yakni Garam organik seperti garam - garam asam malat, oksalat, asetat, pektat; Garam anorganik seperti fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat; Senyawa kompleks klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dan Kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya​ Namun, mikronutrien seperti mineral pun hanya sedikit dibutuhkan oleh tubuh sehingga jumlahnya dalam produk pangan harus dikontrol agar tidak berdampak pada tubuh manusia yang mengkonsumsinya serta, termasuk pada biaya produksi cost. Dikutip dari Nestle Nutrition Institute bahwa kelebihan mineral pada salah satu produk pangan justru dapat membahayakan tubuh manusia yang mengkonsumsinya. Salah satu jenis mineral yang dijelaskan yakni, zat seng Zinc/ Zn yang jika jumlahnya berlebihan dalam tubuh, dapat menyebabkan terganggunya penyerapan zat tembaga, serta dapat mengganggu sel darah merah maupun sel darah putih hingga merusak sistem kekebalan tubuh. Secara prinsip, zat seng berperan sebagai zat koenzim untuk lebih dari 200 enzim yang berperan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan proses sintesis maupun pemecahan karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Selain itu, zat seng juga berperan penting dalam proses replikasi sel, kekebalan tubuh, penglihatan, menangkal radikal bebas, mempengaruhi nafsu makan dan fungsi indera pengecapan maupun kesehatan tulang, perkembangan fungsi reproduksi dan pembentukan sel sperma pada laki - laki, perkembangan janin pada wanita hamil serta kondisi bayi yang akan dilahirkan. Jenis mineral lainnya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah zat besi Iron/ Fe dan Yodium Iodium/I. Dalam tubuh, zat besi berperan sebagai salah satu zat pembentuk hemoglobin sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen dari paru - paru ke seluruh tubuh, sebagai pembawa elektron pada sel, membentuk enzim yang dibutuhkan untuk produksi energi seluler, berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh dan fungsi otak. Meski kebutuhannya tidak sebanyak zat besi, yodium juga berperan penting dalam proses sintesis kelenjar tiroid yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, metabolisme dasar, reproduksi proses pertumbuhan dan perkembangan serta pembentukan sel darah merah dan untuk menjaga fungsi otot dan saraf. Jika kelebihan Zinc dapat menyebabkan beberapa gangguan pada tubuh, maka kelebihan zat besi dan yodium juga dapat mengganggu fungsi tubuh. Jika jumlah zat besi berlebih akan tumbuh gejala seperti nyeri sendi, lemah dan lesu, periode menstruasi yang terhenti tiba - tiba, serta sakit perut, lebih jauh lagi, kelebihan zat besi juga dapat menyebabkan kerusakan hati hingga gagal ginjal bahkan perubahan warna kulit akibat penumpukan zat besi. Pada kasus kelebihan yodium, seseorang justru dapat menyebabkan penyakit hipertiroidisme yang dapat berakibat pada berbagai komplikasi. Oleh karena itu, kadar mineral haruslah memenuhi persen angka kecukupan gizi AKG yang direalisasikan sehingga diperlukan pengujian terhadap kadar mineral pada bahan ataupun produk makanan dan juga update pada label gizi. Pengujian Mineral biasanya dilakukan dengan beberapa metode yakni dengan menggunakan metode thermogravimetri thermogravimetry secara mandiri atau dikombinasikan dengan metode lain seperti spektrofotometri ataupun titrimetri untuk menguji mineral secara individu. Dalam beberapa kasus, pengujian ini dibagi menjadi beberapa parameter yakni kadar abu total, kadar abu sulfat, abu tak larut dalam asam, silikat serta kealkalian abu. Adapun metode pengabuan yang dapat digunakan adalah pengabuan kering dan pengabuan basah. Metode pengabuan kering dilakukan dengan menggunakan tanur listrik furnace pengabuan dimana sampel dibakar pada suhu antara 500 - 600 C yang bertujuan untuk menganalisa kadar abu, sedangkan metode pengabuan basah dilakukan dengan cara destruksi menggunakan oksidator kuat seperti asam kuat yang lebih diperuntukkan untuk pengujian mineral secara individu. A. Kadar Abu Total dan Silika serta Cara Pengujiannya Kadar abu total adalah total seluruh zat anorganik yang tersisa setelah proses pengabuan. Selain digunakan sebagai parameter penentu nilai gizi, kadar abu total juga digunakan untuk menentukan baik atau tidaknya kualitas suatu proses pengolahan serta mengetahui jenis bahan - bahan yang digunakan. Dalam pengerjaannya, sampel ditimbang pada neraca analitik dimana bobot sampel yang umumnya digunakan berkisar 2 - 5 gram. Sampel kemudian dimasukkan dalam cawan porselen dan dipanaskan dalam tanur listrik furnace hingga waktu tertentu. Ada baiknya agar sampel yang digunakan telah kering agar proses pengabuan berlangsung optimal dan tidak menyisakan zat arang/karbon. Beberapa metode mungkin menyarankan untuk melakukan pemanasan secara perlahan dengan menggunakan metode ramping agar pengabuan yang dilakukan lebih optimal, dan biasanya jika suhu target pengabuan adalah 550oC, maka tahap awal pemanasan akan dilakukan pada suhu 300oC. Jika telah dihasilkan abu, maka cawan dapat disimpan dalam deksikator agar dicapai bobot yang stabil. Mengapa? Hal ini karena uap air yang terkandung dalam udara bisa saja langsung terserap pada abu yang menyebabkan bobot tidak stabil. Analisa kemudian dilanjutkan dengan menimbang bobot abu yang telah didinginkan dan membandingkannya dengan bobot cawan kosong sehingga didapat kadar abu total menggunakan rumus 1. Rangkaian perlakuan ini dapat diilustrasikan pada Gambar 1. Dimana W adalah bobot sampel sebelum diabukan gram; W1 adalah bobot sampel dan cawan setelah diabukan gram; W2 adalah bobot cawan kosong gram. Gambar 1. Alur Pengujian Kadar Abu Total Pada uji silika Si, uji ini dapat dilakukan sebagai pengujian lanjutan dari kadar abu total dimana abu yang dihasilkan dari proses pengabuan ditambahkan larutan asam kuat seperti asam sulfat H2SO4 dan asam fluorida HF dan dilanjutkan dengan proses pengabuan kembali. Penambahan asam ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengotor - pengotor sehingga yang tersisa adalah silika. Setelah diabukan kembali, bobot hasil abu yang telah didinginkan kemudian ditimbang dan dihitung dengan menggunakan rumus 2. Dimana, W adalah bobot sampel sebelum diabukan gram; W1 adalah bobot sampel sebelum ditambah HF gram; W2 adalah bobot sampel setelah ditambah HF gram. B. Kadar Abu Sulfat , Abu Tak Larut Asam dan Kealkalian Abu serta Cara Pengujiannya Pada prinsipnya, pengujian abu dimulai dengan tahap yang sama yakni proses pengabuan dengan menggunakan tanur listrik atau furnace. Yang membedakan antara satu dan lainnya adalah proses lanjutan setelah terbentuknya abu. Pada Abu sulfat, uji ini dilanjutkan dengan penambahan asam sulfat pekat kemudian dipijarkan kembali dalam tanur listrik. Penambahan asam sulfat ini dimaksudkan untuk mengendapkan mineral sebagai endapan garam sulfat. Sedikit berbeda dengan abu sulfat, untuk kadar abu tak larut dalam asam diuji dengan menambahkan asam klorida HCl dan asam nitrat HNO3 pekat pada sampel abu yang diikuti dengan proses penyaringan. Residu yang tersaring kemudian dipijarkan kembali dalam tanur listrik atau furnace dan didinginkan dalam desikator. Baik kadar abu sulfat maupun kadar abu tak larut asam, keduanya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut Dimana W adalah bobot sampel sebelum diabukan gram; W1 adalah bobot sampel dan cawan setelah treatment gram; W2 adalah bobot cawan kosong gram. Kealkalian abu menunjukkan adanya unsur - unsur atau mineral - mineral yang menyebabkan kebasaan, seperti natrium Na, kaliumK, kalsium Ca dan magnesium Mg dimana unsur - unsur ini memiliki kelarutan tinggi dalam air. Oleh karena itu, pengujian kealkalian abu dilakukan dengan melarutkan abu dalam air yang dibantu dengan penambahan oksidator seperti peroksida dan asam klorida encer yang disertai dengan pemanasan lebih lanjut pada penangas air. Larutan yang dihasilkan kemudian disaring dan dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi menggunakan indikator phenolphtalein PP sehingga nilai kealkalian abu dapat dihitung dengan rumus Keterangan V1 adalah Volume hasil penitaran sampel mL; V2 adalah Volume hasil penitaran blanko mL; N adalah Normatilas NaOH N; w adalah bobot sampel yang dianalisa gram. Dari penjelasan yang telah dipaparkan, pengujian kadar abu memang memiliki tantangan tersendiri dimana terkadang proses pengabuan sampel kurang optimal sehingga hasil abu masih bercampur dengan karbon arang. Di sisi lain, terdapat sampel - sampel yang mungkin tergolong sensitif sehingga tidak bisa menggunakan pemanasan pada suhu tinggi secara langsung dan membutuhkan 2 tahap pembakaran. Dalam kasus - kasus seperti ini, penggunaan alat tanur listrik atau furnace yang dilengkapi dengan program otomatis dapat sangat membantu analis dalam proses analisa. Lebih lanjut biasanya tanur listrik furnace otomatis sudah dibekali dengan program ramping yang memungkinkan analis untuk mengatur 2 sampai lebih suhu target dalam satu program sehingga lebih praktis dan mudah untuk analis. Beberapa alat tanur listrik furnace mungkin dibekali dengan interface berupa USB port yang memungkinkan analis untuk mengirim dan mendapatkan data monitoring selama analisa secara tertulis. Dalam kasus uji kealkalian abu, alat titrator otomatis automatic titrator mungkin bisa dijadikan sebagai alternatif agar analisa yang dilakukan lebih objektif, akurat dan presisi, serta lebih efektif dari segi waktu maupun biaya per analisa cost per analysis. Serat Dalam produk makanan, terdapat dua jenis serat yang perlu dipantau kadarnya, yakni serat pangan dan serat kasar. Secara definisi serat pangan atau dietary fiber adalah bagian pangan nabati yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim - enzim pencernaan, sedangkan serat kasar atau crude fiber adalah komponen sisa hasil hidrolisis atau bagian yang tidak dapat dihidrolisis secara kimiawi. Cakupan serat pangan atau dietary fiber meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, oligosakarida, pektin, gum dan lapisan lilin, sedangkan zat - zat yang termasuk serat kasar adalah hemiselulosa, selulosa dan lignin. Meski kebanyakan makanan memiliki kadar serat pangan yang lebih tinggi, namun pada beberapa makanan khusus justru memiliki kadar serat kasar yang tinggi. Hal ini karena bila ditinjau dari segi kalori, serat kasar memiliki kalori dan kadar gula yang rendah sehingga berfungsi dapat mengurangi resiko obesitas. Secara fungsi, serat memiliki banyak manfaat seperti mengontrol berat badan, menanggulangi penyakit diabetes, mencegah gangguan gastrointestinal dan kanker kolon serta mengurangi resiko kolesterol tinggi dan penyakit kardiovaskular. Namun hal ini dapat berdampak sebaliknya jika kadar serat terlalu berlebih, gejala seperti kembung dan kram perut, dehidrasi, mual, turunnya berat badan hingga sembelit dan penyumbatan pada usus besar. Oleh karena itu, kontrol terhadap kadar serat wajib dilakukan oleh para pelaku industri pangan. A. Serat Pangan Dalam pengujian serat pangan, pengujian dilakukan dengan menggunakan metode metode kombinasi antara metode enzimatik dan metode gravimetri. Dalam hal ini penggunaan enzim seperti alpha-amylase dan amyloglucosidase. Prinsip metode enzimatik ini adalah dengan memecah serat pangan, mineral dan protein pada sampel menggunakan enzim yang dilanjutkan dengan pengendapan serat pangan dengan menggunakan etanol. Dalam analisanya, pH dan suhu selama analisa perlu diperhatikan untuk kinerja enzim yang optimal dimana suhu dan pH yang diperlukan untuk uji ini berkisar pada 95 - 100 C dan pH 6 untuk inkubasi proses enzimatik dengan enzim alpha-amylase, sedangkan suhu 60 C dan pH ± untuk inkubasi proses enzimatik dengan enzim amyloglucosidase. Hasil dari keseluruhan proses ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Keterangan CSR adalah Bobot sampel terkoreksi gram; TDF adalah Total Dietary Fiber atau total serat pangan %. Untuk menjalankan metode ini, beberapa alat mungkin dibutuhkan seperti alat inkubasi enzimatik, pH meter, penangas air, termometer, oven, desikator serta neraca analitik. Oleh karena itu, analis perlu mengumpulkan berbagai referensi alat yang dapat digunakan. Salah satu contoh alat inkubator enzimatik ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. Contoh Alat Serat Pangan A Inkubasi Enzimatik B Filtrasi Enzimatik B. Serat Kasar Pada prinsipnya, serat kasar didapatkan dari residu hasil hidrolisis sampel dalam larutan asam dan basa. Hidrolisis ini dimungkinkan untuk dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan bantuan instrument analisa. Secara garis besar, pengujian serat kasar didasarkan pada metode gravimetri, yakni perbandingan bobot sebelum dan setelah proses hidrolisis diaplikasikan. Dalam Standar Nasional Indonesia Nomor 2891 Tahun 1992 disebutkan bahwa serat kasar dapat diuji dengan mengekstrak sampel menggunakan metode sokletasi ataupun pengadukan secara manual terlebih dahulu yang tujukan untuk menghilangkan lemak pada sampel. Sampel yang telah bersih dari lemak kemudian dihidrolisis dengan basa kuat dan asam kuat secara bergantian dan disaring menggunakan kertas saring yang dilanjutkan dengan proses pengeringan pada oven dan pengukuran bobot pada neraca analitik sehingga kadarnya dapat dihitung dengan rumus berikut Dimana, W1 adalah bobot residu hasil pengabuan gram; W2 adalah bobot residu yang tertinggal pada kertas saring gram. Selain metode yang disebutkan oleh SNI, terdapat metode lain yang serupa yakni metode Weende yang memiliki prinsip hampir sama dengan metode yang disarankan oleh SNI. Metode ini disarankan oleh Perbedaannya hanya pada penggunaan reagen dan adanya penambahan tahap pengabuan pada furnace agar didapatkan hasil yang optimal. Secara urutan, metode Weende dimulai dengan melakukan hidrolisis sampel yang telah dipreparasi dengan larutan asam sulfat dan air, serta penambahan zat antifoam untuk mengurangi busa yang terbentuk. Sedikit berbeda, jika pada metode SNI menggunakan basa yang lebih kuat yakni natrium hidroksida NaOH, namun pada metode Weende digunakan basa yang lebih lunak yakni kalium hidroksida KOH untuk mengurangi efek eksotermik pada sampel yang menyebabkan lonjakan suhu. Hasil hidrolisis kedua ini kemudian diberi perlakukan dengan pemanasan dalam oven dan juga pengabuan dalam tanur listrik furnace yang dilanjutkan dengan tahap pendinginan dan perbandingan bobot secara gravimetri. Hasil serat kasar kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Dimana F1 adalah bobot sampel kering setelah pemanasan oven; F2 adalah bobot sampel setelah proses pengabuan; F0 adalah bobot sampel sebelum analisa Dalam kasus analisa serat, pengujian dapat dilakukan secara konvensional atau dengan menggunakan bantuan alat. Kelebihan dari penggunaan instrumen adalah uji yang lebih efisien dari segi waktu maupun penggunaan reagen per analisa sehingga biaya per analisa relatif lebih rendah. Selain itu, penggunaan instrumen juga lebih memudahkan analis karena praktis, fleksibel serta lebih aman dibandingkan menggunakan cara konvensional sehingga analisa yang dilakukan lebih optimal dan analis ataupun operator yang melakukan pengujian lebih terjamin keamanannya. Oleh karena itu, penggunaan alat hidrolisis serat dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pengujian serat. Contoh tampilan alat hidrolisis serat ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Contoh Tampilan Alat Pengujian Serat Kasar A Ektraktor Lemak B Hidrolisis Serat Kasar Dari penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa analisa kadar abu dan serat penting untuk label gizi pada produk pangan. Selain itu, analisa kadar abu maupun analisa serat dapat dilakukan secara konvensional maupun cara modern. Namun penggunaan cara modern jauh lebih menguntungkan dibandingkan cara konvensional sehingga penggunaan cara modern dapat dijadikan sebagai alternatif agar hasil uji lebih optimal, efisien dan aman. Referensi Andini, Widya Citra. 2021. Kelebihan Zat Besi, diakses pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia SNI 01-2891 Tahun 1992 tentang “Cara Uji Makanan dan Minuman” Fadri, dr. Rizal. 2020. Mitos atau Fakta Kelebihan Yodium sebabkan Hipertiroidisme, diakses pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Kaderi, Husin. 2015. Arti Penting Kadar Abu Pada Bahan Olahan, diakses pada Hari Senin Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Mulato, Sri. 2020. Jabaran Mutu Kriteria Kopi Bubuk 01-3542-2004, diakses pada Hari Kamis Tanggal 21 Juli 2022 Pukul WIB Nestle Nutrition Institute. 2022. Vitamin dan Mineral yang Berlebihan dalam Makanan Mengakibatkan Jutaan Anak Beresiko, diakses pada Hari Senin, Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Santoso, Agus. 2011. Serat Pangan Dietary Fiber dan Manfaatnya bagi Kesehatan, diakses pada Hari Kamis Tanggal 21 Juli 2022 Pukul WIB Tim Food Technology BINUS University. 2015. Mikronutrien Sedikit Tapi Penting, diakses pada Hari Senin, Tanggal 18 Juli 2022 Pukul WIB Previous Article PENENTUAN TOTAL NITROGEN DI WWTP Monday, 11 July 2022 VIEW DETAILS Next Article Water Purifier untuk Industri Minyak Goreng Sawit Friday, 22 July 2022 VIEW DETAILS

perbedaanmetode ini dengan metode termogravimetri adalah pada penggunaannya dimana metode ini digunakan untuk bahan - bahan pangan yang sensitif terhadap panas seperti sayuran dan buah-buahan kering (aoac method 967.19 e-g), cokelat (aoac method 977.10), kopi panggang, minyak dan lemak (aoac method 984.20) serta makanan dengan kadar air rendah
Beranda Articles Pedoman teknis Pengujian Pangan Pengujian Pangan . PENGUJIAN BAHAN BERBAHAYA DAN PANGAN YANG DIDUGA MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA . 1. Latar BelakangDalam rangka menjamin keamanan pangan bagi masyarakat Indonesia, Badan POM RI menyelenggarakan Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya. Salah satu strategi implementasi program penyelenggaraan pasar aman dari bahan berbahaya adalah Program Pengawasan Keamanan Pangan Pasar. Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mendukung program ini adalah Identifikasi pasar tradisional untuk pengendalian bahan berbahayaIdentifikasi pedagang pasar dan inventarisasi bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahayaPengambilan contoh sampling bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahayaPengujian dan pelaporan hasil pengujian bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahayaMonitoring dan evaluasiKegiatan pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya dalam rangka penyelenggaraan program pasar aman dari bahan berbahaya bertujuan untuk Mengidentifikasi jenis-jenis produk apa saja yang merupakan bahan berbahaya dan pangan yang mengandung bahan berbahaya yang masih beredar di kondisi/status keamanan produk-produk pangan dari penyalahgunaan bahan berbahaya yang dijual pada setiap pasar. Data ini sangat bermanfaat untuk tahapan kegiatan selanjutnya yaitu monitoring dan bahan berbahaya pada produk-produk hasil sampling di pasar dilakukan menggunakan kit pengujian cepat rapid test kit. Pengujian sampel harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang diberikan oleh masing-masing kit TujuanModul Pengujian Dan Pelaporan Hasil Pengujian Bahan Berbahaya Dan Pangan Yang Diduga Mengandung Bahan Berbahaya ini disusun sebagai panduan yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan khususnya Fasilitator Program Pasar Aman dari Bahan Berbahaya atau petugas yang berwenang untuk melakukan pengujian dan pelaporan hasil pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan Ruang LingkupModul ini akan menjelaskan cara pengujia cepat bahan-bahan berbahaya pada sampel-sampel yang diduga sebagai bahan berbahaya dan pangan yang mengandung bahan 4 empat pengujian bahan berbahaya yang mengandung kit pengujian cepat rapid test kit yang dijelaskan pada modul ini, yaitu Kit pengujian cepat boraksKit pengujian cepat formalinKit pengujian cepat kuning metanil Methanyl YellowKit pengujian cepat rhodamin BSelain itu, dijelaskan pula cara pelaporan hasil pengujian sampel yang telah CARA PENGUJIAN CEPAT SAMPEL BAHAN BERBAHAYA DAN PANGAN YANG DIDUGA MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYASaat ini alat uji cepat bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya banyak terseda di pasaran dengan berbagai merk dagang sesuai produsen pembuatnya. Masing-masing alat uji cepat tersebut dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaan, oleh karena itu penting untuk diperhatikan bahwa penggunaan alat uji cepat atau rapid test kit harus mengikuti petunjuk penggunaan yang diberikan oleh produsen. Pada prinsipnya pengujian cepat menggunakan rapid test kit untuk setiap parameter bahan berbahaya sama namun karena merk rapid test kit yang digunakan berbeda-beda setiap tahunnya maka cara penggunaan agar menyesuaikan dengan petunjuk penggunaan yang diberikan oleh produsen. Pada modul ini akan dijelaskan cara penggunaan alat pengujian cepat rapid test kit yang digunakan oleh Badan POM yang masih mengacu kepada cara penggunaan rapid test kit sesuai merk yang digunakan pada tahun Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Boraks* Prinsip uji cepat boraks adalah pembentukan senyawa rososianin berwarna merah dari Boron dan Kurkumin. Perhatian Jika pereaksi I Boraks terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabunJauhkan rapid test kit dari jangkauan Simpan pada suhu ruangSimpan kertas pereaksi II Boraks dalam wadah tertutup rapat dan tidak terkena sinar secara Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Formalin*Prinsip uji cepat formalin adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna merah ungu dari reaksi antara formaldehid dan 4-amino-3-hidrazino-5-mercapto-1,2,4-Triazole. Perhatian Jika pereaksi I Formalin terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabunJauhkan rapid test kit dari jangkauan Simpan pada suhu Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Kuning Metanil Methanyl Yellow*Prinsip uji cepat kuning metanil adalah pembentukan warna ungu kecokelatan dari kuning metanil dengan asam. Perhatian Jika pereaksi I Formalin terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabunJauhkan rapid test kit dari jangkauan Simpan pada suhu Petunjuk Penggunaan Rapid Test Kit Rhodamin B*Prinsip uji cepat rhodamin B adalah pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu lembayung dari rhodamin B dengan Garam Antimon yang larut dalam pelarut organik. Perhatian Jika pereaksi I Formalin terkena kulit, cuci segera dengan air dan sabunJauhkan rapid test kit dari jangkauan Simpan pada suhu Jenis Bahan Berbahaya yang Diujikan Pada Sampel PanganHal yang harus diperhatikan oleh petugas yang akan melakukan pengujian bahan berbahaya pada sampel produk pangan adalah tidak seluruh jenis bahan berbahaya Boraks, Formalin, Kuning Metanil, dan Rhodamin B diujikan pada satu sampel adalah parameter uji bahan berbahaya yang harus dilakukan pada jenis-jenis produk pangan yang telah di-sampling 3. PELAPORAN HASIL PENGUJIAN SAMPEL BAHAN BERBAHAYA DAN PANGAN YANG DIDUGA MENGANDUNG BAHAN Cara Pelaporan Hasil PengujianData hasil pengujian sampel yang diduga mengandung bahan berbahaya dari setiap pedagang pada satu pasar yang sama dilaporkan ke dalam Tabel Pelaporan Hasil PengujianSetelah semua data hasil pengujian dimasukkan dengan benar, data tersebut diolah dengan program untuk mengetahui jumlah sampel yang tidak memenuhi syaratBerikut contoh pelaporan hasil pengujian sampelLampiran 1. Pelaporan hasil pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahayaForm P04PELAPORAN HASIL PENGUJIAN BAHAN BERBAHAYA DAN PANGANYANG DIDUGA MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYATerminologiSampel adalah contoh produk hasil sampling yang diuji keberadaan satu atau lebih jenis bahan berbahaya. Kelompok sampel dibedakan ke dalam dua kolom > Bahan berbahaya, jenis produk yang diisikan pada kolom ini adalah produk yang teridentifikasi ke dalam kelompok bahan berbahaya pada Formulir Pendataan Pedagang> Pangan, jenis produk yang diisikan pada kolom ini adalah produk-produk yang teridentifikasi ke dalam kelompok pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya pada formulir pendataan pedagangPetunjuk Pengisian Formulir ini diperuntukkan untuk data suatu pasarIsilah hasil pengujian sampel bahan berbahaya dan pangan yang diduga mengandung bahan berbahaya dari setiap pedagang pada kolom yang tersediaApabila pengujian sampel memberikan hasil positif, isikan angka “1” pada kolom hasil uji bahan berbahaya yang diujikanApabila pengujian sampel memberikan hasil negatif, isikan angka “0” pada kolom hasil uji bahan berbahaya yang diujikan * Diisi “1” pada kolom yang tepat jika sampel positif mengandung bahan kimia yang diuji merupakan produk TMS = Tidak Memenuhi Syarat; atau “0” pada kolom yang tepat jika sampel negatif tidak mengandung Bahan kimia yang diujiKota/Kabupaten, Tanggal/bulan/tahunFasilitator/PetugasNama Fasilitator/Petugas 1 ttdNama Fasilitator/Petugas 1 ttdSumber Buku Pelatihan Fasilitator Pasar Aman Dari Bahan BerbahayaPengujian Bahan Berbahaya dan Pangan Yang Diduga Mengandung Bahan BerbahayaPengarah Drs. Suratmono, Mustofa , Apt., Prof. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Gitapratiwi, Herawati, Bosar Pardede, Apt., Ani Rohmaniyati, Apt., Yayan Cahyani, AptRatminah, Apt., Apt., Views 13964
Contohnyamenyerupai estimasi usia pajang produk sanggup besar lengan berkuasa terhadap frekuensi dan biaya pengiriman. Lalu kemungkinan adanya problem penggunaan yang signifikan sanggup menjadikan perlunya pelengkap isu labeling, periklanan, dan sebagainya. 2. Pengujian Preference and Satisfaction Testing (Preferensi dan Kepuasan)
ProsedurPengajuan Permohonan Pengkajian Jenis Permohonan 1. Permohonan Pengkajian Keamanan, Mutu, Gizi, Manfaat dan Label Pangan Olahan A. Kerangka Prosedur Keterangan: Perhitungan waktu dimulai sejak surat permohonan pengkajian dinyatakan lengkap pada proses verifikasi berkas sampai dikeluarkannya surat jawaban. B. Prosedur Pelayanan 1.
Pengujianstabilitas ini harus dilakukan setiap produsen untuk menetapkan tanggal kadaluarsa produknya. Produsen tidak bisa menggunakan tanggal kadaluarsa makanan yang ditetapkan oleh pesaing (competitor). Bahan mentah, teknologi, dan proses yang digunakan oleh pesaing dapat dan kemungkinan besar akan sangat berbeda dari milik produsen. Referensi: nO0n.
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/314
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/705
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/402
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/816
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/604
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/331
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/648
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/263
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/385
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/395
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/762
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/503
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/511
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/90
  • 5ge4k4g93s.pages.dev/691
  • proses pengujian produk makanan